Perjalanan Panjang Ngeblog: Antara Passion, Frustrasi, dan Titik Jenuh
Sudah lebih dari satu dekade saya menulis blog. Perjalanan ini dimulai dari rasa penasaran, berlanjut menjadi kebiasaan, hingga akhirnya menjadi bagian dari diri saya. Seiring berjalannya waktu, blog yang dulu menjadi tempat menumpahkan pikiran kini berubah menjadi medan perjuangan yang tak selalu menyenangkan. Ada kalanya saya bertanya, "Untuk apa semua ini?"
Awal Perjalanan: Antusiasme yang Membara
Dulu, setiap kali menulis dan memublikasikan artikel, ada kepuasan tersendiri. Saya senang berbagi cerita, pengalaman, atau sekadar mencatat hal-hal yang saya pelajari. Tak peduli berapa banyak yang membaca, rasanya menulis di blog adalah bagian dari ekspresi diri.
Tapi seiring waktu, ekspektasi mulai berubah. Blog yang tadinya hanya untuk bersenang-senang perlahan menjadi sebuah proyek yang menuntut perhatian lebih. Saya mulai memikirkan trafik, optimasi SEO, monetisasi, hingga bagaimana caranya agar blog ini bisa menjadi sesuatu yang lebih.
Beradaptasi dengan Perubahan
Dunia digital terus berubah. Platform media sosial semakin merajalela, dan perhatian pembaca pun terbagi-bagi. Saya pun berusaha mengikuti arus. Mulai dari mencoba berbagai template, menambahkan fitur baru, sampai mengintegrasikan API dan script otomatisasi. Bahkan saya mencoba membuat sistem otomatisasi posting dari Google Spreadsheet ke Blogger, sebuah proses yang sejujurnya tidak mudah dilakukan hanya dengan HP.
Namun, semakin banyak yang saya coba, semakin saya merasa terjebak dalam siklus yang melelahkan. Alih-alih menulis dengan lepas, saya malah sibuk memikirkan teknis dan optimasi.
Titik Jenuh: Antara Bertahan dan Melepaskan
Ada kalanya saya duduk memandang layar kosong, jari-jari enggan mengetik, pikiran buntu. Rasanya seperti berjalan di tempat. Semua trik sudah dicoba, semua fitur sudah diotak-atik, tapi hasilnya tidak selalu sepadan. Lalu muncul pertanyaan yang terus mengusik: "Apakah ini masih layak diteruskan?"
Bahkan, sempat terlintas di pikiran untuk menghapus blog ini. Mungkin dengan menghapusnya, saya bisa lepas dari beban ini. Tidak perlu lagi memikirkan trafik, tidak perlu lagi pusing dengan error di script, dan tidak perlu lagi berurusan dengan algoritma yang terus berubah.
Tapi di sisi lain, ada perasaan sayang. Blog ini bukan sekadar kumpulan tulisan, tapi jejak perjalanan saya. Setiap artikel adalah bagian dari diri saya di masa lalu. Menghapusnya berarti menghapus bagian dari perjalanan panjang yang sudah saya lalui.
Refleksi: Apa yang Sebenarnya Saya Cari?
Setelah melalui berbagai rasa frustrasi, saya mencoba mengambil jarak sejenak. Mungkin, masalahnya bukan pada blog ini, tapi pada ekspektasi saya sendiri. Saya terlalu sibuk mengejar sesuatu yang membuat saya lupa alasan awal saya memulai semua ini.
Blog ini dulu adalah tempat saya bercerita. Tidak ada tekanan, tidak ada tuntutan. Saya menulis karena saya ingin. Jika saya benar-benar ingin melanjutkannya, mungkin saya perlu kembali ke akar. Menulis apa yang saya suka, tanpa terbebani oleh angka-angka atau ekspektasi yang memberatkan.
Kesimpulan: Bertahan atau Melepaskan?
Jujur, saya belum tahu jawabannya. Mungkin saya akan terus menulis, tapi kali ini dengan cara yang lebih santai. Mungkin saya akan membiarkannya begitu saja, menunggu hingga rasa ingin menulis itu muncul lagi. Atau mungkin, saya benar-benar akan menekan tombol "hapus" dan memulai sesuatu yang baru.
Yang pasti, saya belajar bahwa perjalanan ini tidak pernah sia-sia. Setiap frustrasi, setiap error, setiap usaha yang terasa gagal — semuanya adalah bagian dari proses. Dan apapun keputusan yang saya ambil nanti, saya tahu satu hal: saya pernah mencoba, saya pernah berjuang, dan saya bangga akan hal itu.
Akhir Kata
Kepada siapa pun yang membaca ini — entah kamu seorang blogger, penulis, atau siapa pun yang pernah merasa lelah dalam mengejar sesuatu — ketahuilah bahwa rasa jenuh itu wajar. Ambil jeda, beri diri sendiri ruang, dan ingat kembali alasan kenapa kamu memulai.
Dan siapa tahu, di saat kamu paling ingin berhenti, justru di situlah kamu menemukan alasan untuk melanjutkan.
#14 ramadhan